Monday, June 9, 2014

Surat kecil untuk senja

Annisa elcentia


Hai senja.Tak tahu lagi bagaimana caranya aku harus bersikap di depanmu. Senyum mu tak setulus dahulu. Senja,maaf. Aku tahu aku salah.Tapi bisakah kita untuk menyelesaikannya? Aku ingin menjelaskan semuanya kepadamu. Aku tak mau seperti ini.Terus menerus merasa bersalah di depanmu. Bahkan di depan para sahabatmu. Senja,kau tahu?aku selalu menghela nafas panjang ketika melihatmu. Raut mukamu yang tak secerah dahulu membuatku merasa pilu. Begitu salahnya kah aku? Hingga begitu sulit kau menciptakan rasa peduli terhadapku.

Senja,aku ingin menyelesaikan ini. Sungguh. Hanya saja belum ada waktu yang tepat untuk aku berbicara di depanmu. Jujur hatiku tersayat ketika melihatmu terluka. Maafkan aku senja. Aku tak tahu harus berapa banyak maaf yang harus aku lontarkan kepadamu.

Senja,bila aku menjelaskan semuanya maukah kau memaafkanku? Aku tak sampai hati untuk membicarakan ini di depanmu. Maafkan aku senja,aku masih belum berani membicarakan ini di depanmu.Tapi aku takut aku tak pernah bisa untuk membicarakan ini denganmu. Aku takut jika kau menganggapku sebagai perusak hidupmu selamanya.

Senja,jika aku berhasil untuk membicarakan ini kepadamu,bisa kah aku meminta? bisakah aku memintamu untuk kembali lagi menjadi sahabatku? Bisa kah kita? Bisakah kamu memperlihatkan senyum mu yang tulus kepadaku? Senja,aku tak tahu harus bersikap bagaimana.Di depanmu aku merasa bersalah.

Senja,maafkan aku. Aku tak bisa mengingkarinya. Nyatanya,kehadiran hujan dapat menyejukkanku. Meskipun begitu aku tahu ini tak adil buatmu,bukan?Tapi ketahuilah jika sebelum kehadiran hujan aku juga telah merasakan pilu. Ketika pilu itu semakin membuatku terpuruk saat itu aku menemukan seberkas harapan,harapan itu membalut semuanya. Bisakah kau mengerti? Entahlah,aku memang egois.Tapi ini bukan suatu balas dendam karena aku pernah terluka. Aku tak pernah bermaksud seperti itu. Hanya saja kebetulan ketika lukaku terbalut oleh hangatnya cahaya,saat itu kau malah tertutup oleh kelamnya harapan. Aku tahu ini tidak adil,tapi maukah kau memaafkanmu? Maukah kita kembali membangun puing-puing kaca ini menjadi sebuah benteng persahabatan? Aku tahu semuanya tak akan sesempurna dahulu, tapi setidaknya itu akan lebih baik dari tidak sama sekali. Ku mohon,maafkan aku.





Tak ada yang bisa disesali
Tak ada yang bisa disalahkan
Semuanya telah terjadi
Ku mohon mengertilah,senja~


Annisa elcentia / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib