Saturday, July 5, 2014

Skenario Tuhan

Annisa elcentia


Perasaan itu mulai bertunas. Menjalar menembus dinding pori-pori hingga ke dasar hati. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. Nyatanya gemerlap indahmu mampu menembus dinding hatiku yang beku. Melontarkan kepingan-kepingan es yang semula sukar untuk mencair. Membujuk hati agar bersedia untuk di obati. Ilusi masa lalu dengan perihnya belati kini mulai terobati. Sekejap,corengan tinta kesedihan pun mulai terhapuskan.
Begitu nyaman rupanya.

Kini,aku mulai merangkai hati. Menata kembali kepingan hati. Sambil berharap langit bersedia untuk mengizinkanmu agar tetap tinggal. Iya,disini. Skenario langit memang sulit untuk ditebak.Terkadang harapan tidak sebanding dengan kenyataan. Maka dari itu aku tak mau berharap banyak. Aku takut jika angin akan merengkuhmu. Walaupun entah itu kapan,tapi aku harus siap untuk kehilangan lagi.

Hatiku berdesir. Nyatanya kini berjuta bayangan tentangmu telah memenuhi memori di otakku. Membawaku berilusi tentang angan yang mustahil untuk jadi nyata.Tentang rasa yang mulai  berhalusinasi. Tentang cinta yang ku harap akan  beresonansi. Tiba-tiba angin menerpa wajahku dalam diam, menghantam jiwaku dan kemudian berbisik "Jaga perasaanmu,aku tak ingin kau larut dalam  dimensi ini dan akhirnya kau terluka lagi""pekiknya. Sekejap aku tersadar jika aku telah masuk dalam pusaran mimpi yang kian lama menenggelamkan jiwaku. Aku merintih meminta pertolongan Tuhan untuk membantuku menjaga hati. Ini sudah pada tahap yang keterlaluan. Maka dari itu,aku bertekad untuk mengikat kuat rasa yang  kian pekat. Meski sulit,tak apa. Ini hanya untuk menjaganya agar tetap utuh.

Aku tak mau jika ilusi tentangmu terus-menerus membayangiku. Ini semua menggangguku. Meskipun begitu aku tak ingin benar-benar menghapusmu. Jujur, aku cukup nyaman dengan keadaan ini. Kau telah memintalkan warna baru untuk keseharianku. Kehadiranmu menghadirkan jutaan cahaya yang sebelumnya tak pernah ku lihat. Kehadiranmu menciptakan aroma khas yang meninggalkan bekas. Lantas setelah semua keindahan itu bisakah aku untuk membiarkan semuanya luluh begitu saja? Aku tak yakin jika aku bisa melakukannya.

Semuanya telah berbekas dan sulit untuk terlepas. Aku tahu jika kau juga merasakannya. Meskipun kau tak mengungkapkannya dengan aksara tapi nyatanya semuanya begitu jelas terlihat. Kita sama-sama menginginkan untuk tetap tinggal tetapi disisi lain kita juga tak ingin terjebak pada untaian rasa yang bermelodi. Kalau begitu begini saja, bagaimana jika kita sama-sama berjanji untuk tetap tinggal tetapi tetap menjaga rasa agar tidak tumpah?Cukup adil bukan? Walaupun kita tak tahu akan kemana semuanya bermuara, bagaimana jika kita ikuti saja skenarionya?


                                                                                                                               July,2014
Di tengah-tengah hiruk pikuk kota

Bagaimana jika kita ikuti saja skenarionya?

Annisa elcentia / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib